Domestic Blindness dalam Rumah Tangga – Domestic Blindness secara bahasa diartikan the inability to see something that is plainly visible (ketidakmampuan melihat sesuatu yang sebetulnya dapat dilihat dengan jelas).
Dalam suatu pertemuan, seorang pembicara mencoba berbagi pengalaman cara membangun innovative thinking (daya inovasi). Beliau meminta para peserta untuk menyiapkan selembar kertas, kemudian mempersilahkan menggambar handphone pada kertas itu sedetail mungkin (tanpa melihat handphone masing-masing).
Apa yang terjadi? Ternyata banyak yang luput. Jangan ditanya urutan penulisan angka-angka dan simbol handphone, bahkan peserta merasa benar-benar ragu apakah handphonenya berantena atau tidak! Secara umum peserta gagal menggambar detil-detil handphone masing-masing.
Si pembicara pun tersenyum lebar melihat kebingungan peserta. Dia mengatakan bahwa salah satu faktor penting pendorong daya inovasi adalah kekayaan data hasil pengamatan. Bayangkan dengan pengetahuan detil-detil handphone yang serba terbatas kira-kira apa yang kita usulkan untuk ber-inovasi membuat handphone baru jenis baru. Paling-paling hanya hal-hal kecil yang kita usulkan, seperti warnanya, bentuknya, dan lain-lain.
Si pembicara melanjutkan bahwa handphone itu digunakan setiap hari bahkan stiap saat, tetapi kita luput memperhatikan seluk-beluknya. Itu yang dinamakan domestic blindess. Kondisi inilah menjadi rintangan awal yang harus disingkirkan agar dapat berpikir inovatif.
Nah, teori Domestic Blindness dalam Rumah Tangga ini bisa kita pinjam untuk mengungkapkan permasalahan umum yang terjadi dalam rumah tangga. Dalam banyak kesempatan, kita sering mendapat pertanyaan bagaimana cara mencintai pasangan? Kita sering menemukan problema suami/istri yang masih merasa sulit mencintai pasangannya. What? Hidup bersama, bahkan setiap saat bersama, tapi tidak tahu dan sulit mencintai? Sungguh terlalu… ☺ but don’t be panic! Mungkin kita perlu menyingkirkan domestic blindness terhadap pasangan kita. Yess… boleh jadi kita bertemu setiap hari tetapi bisa jadi kita buta untuk melihat segenap kebaikan dan kelebihannya. Bukalah mata hati dan perasaan kita untuk “melihat”-nya lebih seksama. Perhatikanlah dan resapi berbagai kebaikan pasangan kita maka akan kita temukan banyak hal yang mengagumkan darinya.
Jika ada perubahan-perubahan pada pasangan yang membuat kita seperti kehilangan cinta maka luangkanlah waktu untuk mendengarkannya dan pusatkan perhatian untuk melihat semua mimpi-mimpinya. Berikan sayap kepada pasangan, ketika ia ingin terbang melihat indahnya kehidupan. Bantulah ia mencapai yang terbaik baginya dan menemukan sesuatu yang membuatnya merasakan kebahagiaan terindah dalam kehidupannya. Saat itu kita akan temukan attractiveness pada dirinya.
Tataplah pasangan kita dalam-dalam ketika ia terlelap dalam tidurnya, maka kita akan menemukan setiap inci kebaikannya, kita akan menemukan setiap detil ketulusannya, hati kita akan luluh akan wajah polosnya ketika tidur yang selama ini mungkin berusaha keras melakukan yang terbaik semampunya demi kita, tanpa kita sadari. Ketika kita semakin mengenal dan memahaminya, kita akan memiliki banyak kesempatan untuk berinovasi dalam mencintai pasangan.
Jika kita mampu “menggambarkan” detil–detil kebaikan dan kebutuhan pasangan kita, kalau kita bisa memahami pasangan kita secara mendalam, berarti kita perlahan telah menghilangkan domestic blindness dalam kehidupan rumah tangga. Dengan menghilangkan domestic blindness kita pasti akan berusaha melakukan yang terbaik, menjadi sahabat terhangat, dan mensyukuri setiap kebersamaan kita dengan pasangan.
Selamat berjuang para mujahid/mujahidah cinta demi keabadian rajutan cinta hatta jannah-Nya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Sumber: Junjunan Mustafa Adi. 2009. Energi Cinta untuk Keluarga. Belanoor.